menikmati Tom Yum di Royal Dragon Bangkok
Jumat, Oktober 05, 2012
Suka juga makan tom yum?
Saya juga suka, utamanya kalo gejala pilek mulai terasa di hidung.
Rasa kuahnya yang pedes asem bikin hidung meler keringetan.
Kalo di Makassar sini banyak menu berkuah yang bikin keringetan, rasanya juga pedes asem karena hampir seluruh makanan khas Makassar yang berkuah selalu dinikmati dengan perasan jeruk nipis, bawang goreng, bahkan beberapa menu dilengkapi dengan acar cabe rawit!
Terus terang, selama ini saya menikmati Tom Yam hanya dari Black Canyon Cafe dan Makassar Suki dan gak pernah tau apakah menu ini resepnya sudah disesuaikan
dengan lidah orang Indonesia atau masih mempertahankan rasa aslinya,
karna blum pernah nyobain menu ini di restoran khusus makanan Thailand.
Oh iya, balik lagi ke tom Yam yah....ke Bangkok tanpa menikmati masakan ini rasanya gak afdol.
tapi gak perlu usaha ekstra karena menu ini selalu hadir di setiap waktu makan sampai rasanya gak akan sanggup lagi menikmati menu ini dalam beberapa bulan ke depan!
Tapi tidak berlaku untuk kekasihku, mangkoknya selalu disendok penuh sebelum memulai makan, bahkan sering nambah!
Masakan Thailand terkenal dengan campuran empat rasa: asem, manis, asin dan pedes.
Ini karena masakan Thailand diracik dengan paduan bumbu, rempah dan buah sekaligus seperti cabe merah....so pasti, kemangi, kunyit,bawang, selasih, merica, lengkuas,kunyit, sere dan selalu ada daun ketumbar mengapung diatas kuah.
Pernah baca di majalah, katanya bikin tom yum gak berasa orisinal kalo gak di campur racikan bumbu pasta asli dari negara asalnya.
Mau bumbu apa aja ada di rak Dried Food Market.....komplet.
Makan malam di mulai lebih awal ketika kita kembali masuk Bangkok setelah dari Pattaya.
Tadinya males waktu diajak mampir kesini karena masih kenyang, tapi.... kesan pertama memasuki resto yang pernah mendapat predikat terbesar se Asia Tenggara ini kayaknya saya berubah pendapat dan harus bilang 'WOW'...gitu.
Saking luasnya para pelayan mengantar makanan dengan troly dan bersepatu roda!
Lampion merah dan lentera cina berjejer sepanjang kolom main entrance di area Portico yang di buat meninggi diperkuat aksen panel merah ukiran cina mempertegas kesan welcome pada rombongan segala bangsa yang tak putus memasuki tempat ini.
Royal Dragon Restoran yang kental dengan arsitektur oriental ini
terdiri dari kumpulan massa bangunan yang mengapung diatas kolam
teratai.
Gak seru kalo gak narsis dulu sebelum mengabadikan seluruh sudut dan detail bangunan.
Ballustrade dan railing yang dihias ukiran naga bertabur marigold kembang persembahan Buddhis, dibuat meninggi pada jarak-jarak tertentu dengan mempertahankan warna putih seperti keseluruhan bangunan dilengkapi lentera besi berwarna hitam memperkuat kesan oriental di sepanjang selasar yang menyatukan massa-massa terapung.
Vegetasi tropis dan kumpulan massa terapung yang dibuat bervariasi, ada yang beratap
vernakuler oriental, ada juga yang berbentuk gazebo yang kesemuanya tanpa dinding masif untuk pertahankan atmosfir outdoor
yang memperkuat sensasi kenikmatan berkuliner.
Furnishing slip cover kursi dan penutup gazebo yang juga tetap mempertahankan warna putih di beri aksen merah pada taplak meja sebagai benang merah aura oriental.
Memulai makan malam lebih cepat justru merasakan pengalaman visual pergantian suasana dari terang ke perlahan-lahan meredup ditandai artraksi spektakuler dari seorang pelayan berkostum oriental membawa tom yum di wadah terbakar pancaran api melayang terbang melintasi plaza terbuka dan kolam teratai di tengah area dinning dan berhenti di atas menara.
Hidangan seafood lengkap mulai cumi, udang, ikan, kerang, tumis-tumisan, sop kepala ikan, dan ayam yang dibungkus daun, disajikan lengkap satu-persatu.
Untuk lidah Indo kita yang mulai jenuh rasa nano-nano...eh bilang aja lidah yang mulai kangen citarasa lokal ya, di tempat ini kita justru dipertemukan dengan lalapan kacang panjang, timun, tomat, kemangi yang dilengkapi dengan....sambel terasi! horeeeee.....
Tak ketinggalan jeruk Bali dan toples kecil berisi sweet tamarind, manisan makaam wan, salah satu buah khas Thai sebagai oleh-oleh, yang secara personal diantarkan oleh manager restoran ke masing-masing meja diiringi para pelayan yang membawa baki berisi buah-buahan lokal yang bikin saya bebas konstipasi selama di Thailand.
Begitu ramah dan sungguh welcoming.....
Malam datang ditandai dengan matahari yang meninggalkan sedikit bias di langit dan lampu-lampu mulai dinyalakan.
Teteeuuupppp ya....
Menutup malam dengan atraksi para penari berkostum tradisional membawakan tari-tarian di plaza mengapung melengkapi akhir pengalaman sensasi berkuliner bagaikan di nirwana cina yang tak terlupakan.
Tentu juga oleh pasangan honeymooner ini.....
*wink.
0 komentar